Kini selembar kertas bertuliskan nama lengkap Rudy Saputra, STb telah dimilikinya. Kertas yang berdawatkan tinta emas yang di samping kiri dan kananya itu terdapat goresan petinggi Universitas Lumpoe merupakan impiannya selama ini menamatkan kuliah di prodi teknik bahasa itu.
Harapan Rudy untuk hidup lebih baik adalah bekerja menjadi pegawai negeri, di mana dengan pekerjaan itu barang tentu dia tidak perlu lagi bergadang hingga larut malam hanya untuk mem-posting tulisannya di blog, ataupun menjadi juru tulis di media yang gajinya tak seberapa. Beruntung saja jika banyak acara seremoni pejabat maka waktu pulangnya diberikan amplop.
Tak banyak formasi PNS yang diterima di daerahnya itu. Belum lagi saingannya begitu banyak, maka kesiapan Rudy untuk mengikuti tes tersebut haruslah matang. Kabar angin pun memberitahukannya bahwa peserta yang mengikuti tersebut 9 di antaranya adalah anak para pejabat, dan puluhan peserta lainnya dari kalangan biasa.
Dari 10 formasi yang disediakan oleh pemerintah Rudy berpeluang kecil untuk lulus dalam tes tersebut. Tak mau kalah sebelum bertanding. Rudy mencoba mencari relasi yang bisa membantu meluluskannya menjadi PNS. Banyak pihak yang diteleponnya mulai dari kalangan legislatif, kabag di dinas-dinas tertentu, tak luput pula para pengusaha yang selaman ini menjadi narasumbernya pun turut dihubunginya.
Jawaban mereka pun sama. Mereka tak bisa membantu banyak dan memberikannya harapan, karena melihat peluang sungguh kecil bisa membantu Rudy. Dengan penuh rasa percaya diri, Rudy pun berusaha semaksimal mungkin untuk bisa lulus menjadi PNS.
Tinggal satu tahapan lagi agar Rudy bisa lulus yakni tes akademik. Rudy yang notabennya juru tulis dan sarna teknik bahasa tidak terlalu ambil pusing dengan tes TPBI (Tes pendidikan basa indonesia) barang tentu dari 50 jawaban, 30 di antaranya pasti bisa dijawabnya dengan jawaban yang tepat.
Usai mengikuti tes akademik tersebut, pengumuman kelulusan tinggal menghitung jari. Tepatnya pada hari minggu mendatang ribuan ekslamper koran bakal habis dibeli para peserta tes PNS. Rudy pun menuju desa sebelah yang menjual koran, karena koran di kampungnya hanya ada di warung kopi dan mendapat jatah membaca koran tersebut setalah puluhan mata telah mengeja kata-kata itu. Belum lagi tumpahan air di koran itu pasti sangat sulit untuk dibaca, maka membeli koran dengna menempuh jarak 15Km adalah pilihan tepat saat itu.
Setelah tiba di kota, dia pun lekas menyerahkan uang lembaran 5rb itu kepada penjual koran. Rudy menuju warung kopi terdekat untuk melihat secara saksama pengumuman koran itu. Karena jika dibaca di tempat dia mebeli koran, bakal menimbulkan kemacetan dan antrian yang panjang orang-orang sekitar bakan mengeruminya unutk membaca korannya.
Sungguh di luar dugaan, Rudy lulus sebagai cadangan dalam penguman tes PNS itu, dan perasaan yang ada dibenaknya berharap dari 10 peserta tersebut ada diantaranya tidak mendaftar ulang, ataupun meninggal di tempat usai membaca pengumuman. Dan andai saja Rudy lulus PNS, maka..... (bersambung).
0 komentar:
Post a Comment