foto/blog.planetuang.com |
Rudy
tergolong anak yang patuh pada orang tuanya, semua perintah yang dituju padanya
sedia dikerjakan. Sore harinya rudy mendapat tugas penting dari ibunya. Buk
lastri meminta pada anak bungsunya ini untuk membeli neukut (beras kecil hasil olahan
kilang padi) di kilang padi. Sebelumnya sang ibu berpesan pada anaknya ini.
Jika ada orang yang bertanya untuk apa neukut tersebut, dia harus menjawab
sebagai pakan ternak begitulah kata pinta ibu kepada anak.
Jarak kilang padi dengan rumanya itu tidaklah
begitu jauh. Dengan menaiki sepeda akan tiba 5 menit. Sejumlah uang diberikan
untuknya, tak banyak memang namun 20 ribu tersebut bisa membeli neukut sebanyak
3 Kg. kilang padi yang ditujunya adalah punya pak kasim. Usah berleha – leha
lagi cetusnya dalam hati. segera mungkin mendayuh sepeda menuju tempat itu.
Sesampainya disana dia terus menemui pak kasim .
“Pak saya mau beli neukut 3 Kg”. pak kasim tersenyum mendengar pemintaan rudy.
Seakan meledeki remaja ini. Giliran pak kasim untuk menjawab. “bukan bapak tidak
mau menjual, tetapi seluruh neukut tersebut telah diborong oleh pak uma”.
Timbul perasaan kesal, disaat barang yang diinginkannya tetapi malah habis duluan.
Merasa Kehabisan akal, bagaimana dia akan
menjelaskan pada sang ibu. Karena selama ini dia terkenal dengan sebutan tutip (tukang tipu). Timbul niat
dihatinya untuk meminta kepada pak kasim membuat surat pernyataan, sekiranya
dia bisa menunjukkan kepada sang ibu agar dirinya tidak diaangap menipu.
Kini dia berbicara kembali kepada kasim, bukan
untuk memaksanya menjual neukut. Sebaliknya dia meminta kepada pak kasim
memberikan secarik kertas dan sebuah pena. “pak apa ada kertas dan pulpen
sebentar” ? merasa heran akan permintaan rudy. Pak rudy berbalik mengajukan
pertanyaan kepadanya.
“untuk apa nak” ?
“penting pak, tak lama kok saya meminjamnya” ?
Pak kasim menuju sebuah ruangan dimana dia
bekerja. Sebagai direktur kilang padi, segala hal yang menyangkut hal
adminstrasi dia tempatkan didalamnya.
Dia meminta rudy agar mengikuti langkahnya. Rudypun mengikuti dari
belakang kemana pak kasim pergi. Didalam ruangan itu dia mendapatkan secarik
kertas dan sebatang pena. Sungguhpun terkejut. Karena didalam sana terdapat
banyak neukut yang telah digonikan. Pikir dalam hatinya “mengapa bapak ini
menipu saya, sedangkan disini barang yang dimintanya tersedia banyak”. Tak
perlu membuang waktu dia kembali mengintorasi sang direktur kilang padi ini.
“pak disini terdapat banyak neukut, kenapa bapak
tidak menjualnya padaku” ? seraya mengarahkan jari tunjuk ke goni yang tersusun
rapi.
“kan sudah bapak bilang tadi, barang tersebut
telah diborong oleh seorang saudagar”. Kertas dan pena yang dimintanya
disodorkan ke arah rudy.
Rudy mengambil pena tersebut, dan didalam kertas
tersebut dia menulis
“Saya
minta maaf buk, neukut yang ibu minta telah habis dijual. Sebagai bukti
perkataan saya ini. Saya meminta sang direktur kilang padi untuk
mentandatangani.”
“wah, saya tak habis pikir kamu melakukan ini
nak”. Ucap pak kasim bernada terkejut.
“ah, ini belum berapa pak dari kepintaran saya”.
Sang direktur kilang padi ini pun menandatangani
surat tersebut. Rudy bergegas pulang. Dalam hatinya merasa senang. Walaupun
tidak mendapat neukut, tetapi dengan secarik kertas ini bisa membuat ibu
percaya akan perkataanya.
Tak lama kemudian dia tiba dirumah. Diliat ibunya
sedang berada didapur ayik membuat kue tentunya. Aroma yang dihasilkan dari kue
tersebut begitu menyengat. Seakan mengenal aroma tersebut, rudy bergerak cepat
ke dapur. Tak pernah disangka sebelumnya. Ternyata sang ibu sedang membuat kue
sagon. Timbul perasaan kesal dalam benaknya diapun berkata pada ibunya.
“buk, inikan sudah ada neukutnya. Kenapa ibu
menyuruh saya membelinya lagi?”
“ah, itu tes ketaatan. Apakah dirimu mau mengerjakannya dengan tulus tanpa pamrih”.
Merasa terpana akan perkataan ibunya, dalam
hatinya merasa kesal. Mengapa tidak, surat yang telah dipersiapkanya tersebut
tidak berguna sama sekali.
Buk lastri beranjak dari posisi duduknya, seraya berkata
pada anaknya.
“tak usahlah bersedih. Ini ibu berikan uang tambah
untukmu sebagai uang saku” ibu memberikan selembar uang 50 ribu yang diambilnya
dari dompet.
Sungguh senang bukan kepalang sang anak ini.
Tersenyum manis kearah ibunya. Dalam hatinya berkata.
“jika besok disuruh oleh ibu, saya tak perlu
membelinya cukup meminta surat sajalah”.
0 komentar:
Post a Comment