Ilustrasi/jkma-aceh.org |
1. Adat bak Poteu Meureuhöm, hukötn bak Syjah Kuala,
Kanun
bak Putroe Phang, reusam bak Laksamana.
Adat
pada paduka Almarhum, hukum pada Teungku Syiah Kuala, Undang-Undang
puteri Pahang, adat kebiasaan pada Laksamana. Maksudnya
: adat istiadat yang tidak dalam hukum, diatur oleh Sultan
(Iskandar Muda), sedangkan hukum kenegaraan Islam diatur oleh
Ulama (Teungku Syiah Kuala).
2.
Banja ubé jiplueng, bulueng ubé jiteuka. (Baris
sebesar larinya, hak (bagian) sebesar datangnya).
Maksudnya
: sesuatu pekerjaan itu harus berjalan atau dilakukanmenurut
kebiasaan yang wajar.
3. Bidang hareukat blang ngon lampöh (Bidang
usaha sawa'h dengan kebun).
Maksudnya
: sawah dan kebun adalah tempat usaha dan hal ini sesuai
dengan negara kita yang agraris. Maka sebaiknylah kita memanfaatkan
tanah yang luas itu untuk memperoleh penghidupan yang
layak.
4. Kareuna boh taturi bak (Karena
buah dikenal pohon).
Kiasannya,
melihat budi pekerti dan mendengar tutur katanya, maka
dapatlah diketahui bahwa orang itu keturunan orang baikbaik ataupun
orang jahat.
5.
Meungka taböh bungköh beuneung,
beutateumeung bangköh sutra (Kalau
dibuang bungkus benang, hendaklah memperoleh bungkus sutera).
Maksudnya
: dalam hidup manusia hendaklah terus menerus berusaha meningkat
maju. Kalau meninggalkan sesuatu yang lama hendaklah
sanggup memperoleh yang baru yang lebih sempurna dan
lebih memuaskan.
6.
Bak si sulét uteuen pi luwah, bak
si malah raya that dawa (Pada
pendusta hutan pun luas, pada si malas banyak alasannya) .
Penipu
itu banyak sekali tipu muslihatnya dan tidak takut apaapa, pemalas
banyak dalihnya untuk tidak bekerja.
7.
Bak taduek mupayéh, bak taéh
mupaya (Tempat
duduk berserakan, tempat duduk kacau balau).
Dikatakan
kepada orang yang jorok dan pengotor.
8.
Galak that tapeuruntöh tamon gob (Suka
benar engkau meruntuhkan timbunan orang).
Kiasannya,
dikatakan kepada orang yang suka mengganggu atau merusakkan
usaha orang lain.
9.
Jak rang jak bintéh, jak pha jak
gatéh (Jalan
(bergerak) tiang bergerak dinding. bergerak paha bergerak betis).
Kiasannya
: Orang yang ikut-ikutan. Orang miskin yang ikut-ikutan menyamakan
diri dengan orang besar atau orang kaya tentu akan
mengalami kesengsaraan.
10. Meungnyo tabloe bajèe, taukö bak badan droeteu
dilèe (Kalau
membeli baju, ukurlah di badan sendiri dahulu).
Kiasannya
: Tiap-tiap pekerjaan haruslah dilakukan dengan pertimbangan yang
tepat. Misalnya, jangan menyalahkan orang lain sebelum
lebih dahulu menilai diri sendiri apakah benar ataupun tidak.
11. Hana tupeue bahsa (Tak
tahu bahasa).
Kiasannya
: Orang yak tak tahu duduk perkara dalam suatu persoalan, yang
diduga orang lain dia juga mengetahuinya. Jika orang bertanya
tentang masalah itu kepadanya, dia menjawab : "Dilön hana
lön tupeue bahsa".
12. Peunyakét bèk tamita, bahya bèk talakèe (Penyakit
jangan dicari, bahaya jangan diminta).
Kiasannya,
janganlah hendaknya kita mencari cari kesusahan.
13. Lagèe bue teungeut (Seperti
kera tidur).
Kiasannya
: orang bodoh yang tak tahu apapun dan tidak pula suka
memperhatikan keadaan yang berlaku di sekitarnya.
14. Nabsu eungköt kon laöt Iuah (Nafsu
(kéhendak) ikan bukankah lautan luas).
Kiasannya
: manusia senantiasa suka kepada sesuatu yang berlebih dari
pada yang berkurang.
15. Blè ban kilat, brat ban batèe (Cahaya
seperti cahaya kilat, berat seperti batu).
Dikiaskan
kepada ketangkasan dan kehebatan pahlawan yang cakap dan cerdik.
16. Aneuk rimueng han jiböh kuréng,
aneuk Kléng han jiböh sukla (Anak
harimau tidak membuang belang, anak Keling tak membuang hitam
begam).
Maksudnya,
sesuatu bangsa atau kaum biasanya sukar meninggalkan adat
dan kebiasaannya.
17.
Adak meungkön na babah, asèe kab (Kalau
tidak ada mulut, digigit anjing).
Dikatakan
kepada seseorang yang besar mulut, tetapi tidak mampu
mengerjakna sesuatu.
18.
Gajah sabé gajah meulhö, peulandök
maté meuseupèt (Gajah
sesama gajah berkelahi, kancil mati terjepit).
Maksudnya,
orang besar sesama besar bertentangan, yang terlibat
jadi korban adalah rakyat biasa atau orang kecil.
19.
Lagèe taböh kulét bui bak muka (Seperti
mengenakan kulit babi di muka).
Maksudnya,
rasa malu yang tak dapat disembunyikan atau ditutup
di hadapan umum.
20.
Pat ujeuen nyang han pirang, pat
prang nyang han reuda (Di
mana hujan yang tak reda, di mana peperangan yang tak
usai).
Maksudnya,
sesuatu pertentangan atau pertengkaran pada suatu
ma-sa akan berakhir juga. orang jahat.
keburu bloh paya guda cit iku, ( kerbau masuk paya, kuda naik ekor) maksudnya urusan urusan orang lain kenapa kita yang ribut/kwatir/iri/gaduh dsb
ReplyDeleteSepertinya ungkapan berreferen flaura dan faund dalam bahasa Simeulu belum ada yang melakukan penelitian dan cocok untuk diteliti.
ReplyDeleteJroh lagoina
ReplyDeleteMohon ijin copas
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete