Mobil murah dan ramah
lingkungan atau low cost and green car (LCGC)
adalah harapan masyarakat yang ekonominya sedang ke bawah untuk mendapatkan
mobil baru serta tidak merongoh kocek yang terlalu besar. Keberadaan LCGC ini
sejauh ini sedang dinantikan masyarakat Indonesia tak kecuali masyarakat di
ujung pulau Sumatera ini.
Merasa tidak puas dengan
mobil bekas merah asal Singapura yang diekspor ke Aceh me
lalui pelabuhan Sabang
itu dan harganya pun terbilang terjangkau. Masyarakat Aceh sendiri mulai jeli
memilah dan memilih kendaraan roda empat itu untuk di tempati bersama keluarga.
LCGC memang impian yang benar-benar sedang bergejolak di dalam hati
masyarakat.
Daihatsu Ayla sumber foto/google |
Harga murah serta
pengunaan bahan bakar yang irit adalah bentuk-bentuk alasan mengapa masyarakat Aceh
menginginkan mobil yang berdapur pacu 1.000cc. Selain itu, mobil yang memiliki
keharusan memakai nama kosa kata di Indonesia ini diharapkan mampu menggantikan
kendaraan roda dua dengan dp yang
murah serta cicilan yang ringan bagi pembeli kredit. Seperti dalam pepatah aceh
ek bloe lemoe taloe ka hana ngon pu bloe
(sanggup beli lembu namun membeli tali tak punya uang). Karena dengan memiliki
LCGC ini, masyarakat tidak terlalu terbeban pada konsumsi roda empat itu yang
diyakini benar-benar irit bak penggunaanya sama halnya dengan sepeda motor.
Selain itu kecemburuan sosial
pada pemilik roda empat sebelumnya pun bisa lenyap jika siapun bisa
mendapatkanya dan memperlihatkan tingkat kemajuan ekonomi di suatu wiliyah
serta berdampak positif bagi pemerintah dengan beban pajak yang masuk ke kas daerah. Sehingga LCGC
seperti berenang sambil minum air semua pihak akan diuntungkan dengan hal yang
ini.
LCGC ini pun saat ini
sudah siap diproduksi dan hanya menunggu regulasi menyangkut harga dan soal
penggunaan bahan bakar minyak. Mobil yang hanya berkisar dari 90juta-120juta ini
unitnya pun terbilang sudah siap dipasarkan oleh brand-brand ternama yakni Ayla
(Daihatsu) dan Agya (Toyota). Tinggal pengawasan terhadap regulasi LCGC yang
harus diperhatikan oleh pemerintah sehingga tidak menimbulkan kerugian di pihak
manapun dengan adanya LCGC ini.
Saking banyak peminatnya mobil murah ini, pasokan
Toyota Agya pun sampai akhir tahun habis. Maka untuk menyiasatinya, pihak
pabrikan PT Toyota Astra Motor (TAM) berencana meminta tambahan pasokan
dari pabrikan untuk tahun ini. Hal ini dikatakan oleh ujar Widyawati Soedigdo,
GM Corporate Planning and Public Relation (kompas, 13/9/2013).
LCGC VS Showroom Mobil
Bekas
Harga murah serta spare
part yang mudah dipadapatkan adalah perbedaan yang signifikan dengan mobil
murah ex Singapura ini yang diperjualbelikan murah di Aceh. Membeli mobil
Sabang membuat masyarakat Aceh berpikir hingga puluhan kali mengingat suku
cadang yang sulit didapatkan dan harganya yang selangit. Maka LCGC ini menjadi
daya pikat tersendiri bagi masyarakat untuk mendapatkannya.
Pemerintah melalui
kementerian perindustrian diharapkan untuk hal yang satu ini perlu menijau
kembali tentang regulasi penjualan LCGC sehingga tidak berdampak negatif
terhadap penjualan mobil eks Singapura dan showroom mobil bekas tak terkecuali
di Aceh. Mengapa tidak, mobil baru diyakni tidak memerlukan biaya yang
terbilang besar untuk pergantian suku cadang dibandingkan mobil yang sudah
dikendarai oleh pengguna lainnya yang mengharuskan mereka mengeluarkan rupiah
untuk mengganti suku cadang jika mereka tetap ingin mobil itu berjalan.
Sepinya peminat pada
mobil bekas dipastikan akan terjadi. Imbasnya pun benar-benar dirasakan oleh
showroom dan agen-agen kecil yang menggantungkan penghasilannya dari penjualan
roda empat itu. Diharapkan LCGC ini benar-benar bermanfaat bagi semua kalangan
baik itu pelanggan, showroom mobil bekas dan pemerintah yang mendapat pemasukan
melui pungutan pajaknya itu.
Keselarasan ini nantinya
diharapkan mampu menunjang perekonomian bukan malah sebaliknya, karena tingkat
kecemburuan sosial untuk satu ini akan berdampak negatif dan bermuara pada
tindak kriminal. Jika sebelumnya mobil L-300 yang berunjuk rasa tentang travel
kijang liar, mungkin jika LCGC ini benar-benar tidak memperdulikan usaha
penjualan mobil bekas tidak tertutup kemungkinan pihak agen-agen mobil bekas
akan bergabung dan merazia LCGC ini di jalan-jalan dan memperburuk situasi
kemanan di tiap-tiap provinsi di Indonesia dan Aceh sekalipun.
Soal penjualannya
pemerintah diharapkan membatasi unit kepada pelanggan dan pembeli yang sama dan
berada dalam satu keluarga tidak diperkenankan membeli unit lebih dari satu.
Karena hal ini akan berdampak pada peningkatan volume kendaraan sehingga
menimbulkan kemacaten dan ruas jalan di Aceh sendiri saat ini belum mampu
menampung kendaraan yang begitu banyak. Lihat saja pada pagi hari di Jembatan
Lamnyong kerap terjadi kemacetan, jika ditambah mobil murah ramah lingkungan
ini, khususnya di Aceh kemacetan pun
kedepan tidak dapat dibendung lagi.
Selanjutnya di dalam
kebijakan LCGC pemerintah seharusnya tidak memberatkan pelanggan dengan
mengharuskan mobil murah ramah lingkungan tersebut menggunakan pertamax. Hal
ini tentunya membuat para pembeli urun niatnya membeli, dikarenakan biaya yang
dikeluarkan untuk pertamax terbilang tinggi dibandikang dengan mobil yang
mengonsumsi solar maupun bensin. Oleh karena itu, LCGC
ini dibutuhkan kesiapan yang matang bagi pemerintah dan produsen mobi LCGC.
Sebaiknya pemerintah melakukan observasi secara menyeluruh sehingga LCGC ini
benar-benar bermanfaat bagi semua pihak tanpa ada yang dirugikan.
Rahmad
Nuthihar, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unsyiah
Alumni MJC Kelas
Cetak dan pernah menjadi wartawan otomotif di Aceh.
0 komentar:
Post a Comment