Random Post
to show post by tag/label, fill tagName like this: ex:label blogger ---> tagName:"blogger" to show recent post change RandompostActive value to false like this : RandompostActive:false
Thursday, 16 May 2013

04:13
The Alchemist
Judul : The Alchemist
Pengarang : Paulo Coelho
Penerbit : Pustaka Alvabet, 2005
Halaman : 216
Ukuran  :13.5 x 20 cm
ISBN   : 9792216642
Harga : Rp30.000
Couvel Novel/sumber foto google

Menggapai sebuah impian tentunya membutuhkan sebuah kesabaran. Di dalam sebuah Karya klasik modern Paulo Coelho ini menceritakan sebuah impian seorang anak yang cukup memukau. Novel garapan penulis Brazil ini berkisah tentang suka duka peziarahan bocah kecil bernama Santiago, bocah gembala di Andalusia, mencari harta karun. Santiago  memiliki sebuah mimpi yang mana mimpi itu setelah dia taksirkan dari seoranng peramal mengatakan, dia akan mendapatkan sebuah harta karun yang tidak akan habis bila digunakans sebanyak tujuh keturuna. Peremal itu memberi isyarat bila Santiago benar menemukan harta karun itu, dia harus membagi hasil dengannya. 

Ternyata taksiran peramal itu diyakni oleh Santiago benar nyata. Kemudian dia memilih menjual seluruh hewan gembalanya guna menuju bukit yang ada yang ada dalam mimpinya itu. Dalam perjanlanannya dia berjumpa dengan orangtua bernama Melchizedek. Melchizedek bercerita tentang Legenda Pribadi atau mimpi dan cita-citanya. Orangtua itu juga menasihati, saat orang menginginkan sesuatu, alam semesta bersatu untuk membantu orang itu meraihnya. 

Santiago terus berjuang menggapai mimpinya. Ia terus membaca tanda tanda kehidupan, seperti yang Melchizedek katakan, untuk cita-citanya itu. Sebelum berpisah, Melchizedek memberikan dua buah batu penolong membaca tanda. Keduanya diberi nama Urim dan Thummim. Raja tua berbaju lusuh itu hanya berpesan, “Jangan pernah berhenti bermimpi, ikutilah pertanda.” 

Perjalanan Santiago dipenuhi dengan suka cita, bersama seorang pemilik teh yang hampir bangkrut dia mampu mendatangkan pengunjung yang sangat ramah. Semula pemilik teh menyeduhkan minuman didalam gelas biasa, namun Santiago dengan kemampuannya membaca kondisi alam, dia menyarankan kepada pemilik warung tersebut unutk menyeduhkan teh didalam gelas Kristal yang banyak dijejekan di tokonya itu. Santiago mendapatkan banyak uang selama membantu pemilik warung itu, namun Santiago tidak merasa puas hanya mendapatkan uang dari hasil berjualan teh saja. Dia kembali teringat dengan mimpinya menemukan harta karun. Santiago memohon permisi dengan pemilik warung dan kembali melanjutkan perjalannnanya

Satiago bertemu dengan lelaki Inggris yang bertahun-tahun mencari Sang Alkemis, Batu Filsuf, dan Obat Hidup. Kata orang, Alkemis termasyur ada di Arab, di oasis Al-Fayoum. Pada momen ini, Santiago menemukan gadis gurun bernama Fatima. Ia jatuh cinta. Santiago memberanikan diri bilang cinta. Fatima berujar, “Seorang dicintai karena ia dicintai. Tak perlu ada alasan untuk mencintai.” Lagi-lagi, sebuah refleksi mendalam yang masuk dalam novel ini.

Pada fase padang gurun ini, dimana dilatari perang antar suku, Santiago berjumpa dengan penunggang kuda. Tak lain adalah Sang Alkemis. Sebuah perjumpaan yang sangat menentukan. Keduanya terlibat dalam dialog-dialog menarik. Novel ini mampu melibatkan pembaca untuk terlibat dalam dialog dan berrefleksi atas kehidupannya sendiri. Tak lain karena apa yang didialogkan dalam novel ini dekat sekali dengan kehidupan pembaca. Tentunya, pembaca seperti Santiago mempunyai mimpi dan cita-cita dalam hidupnya. 
Sang Alkemis mengatakan, untuk memahami Jiwa Buana, jiwa meraih cita-cita, orang harus mempunyai keberanian. Mewujudkan impian memang tidak mudah, bahkan menakutkan. Memang menakutkan dalam mengejar impianmu, kau mungkin kehilangan semua yang telah kau dapatkan kata Alkemis kepada Santiago. Bagi Alkemis, hanya satu hal yang membuat mimpi tidak dapat diraih, yakni perasaan takut gagal. Santiago mendapat pelajaran berharga dari Sang Alkemis. 

Terakhir Santiago berhadapan dengan para perompak ketika dia hampir menemukan harta karunnya itu. Santiago ditangkap oleh perompak guna menyerahkan seluruh harta yang ada padanya saat itu. Santiago tetap berkeyakinan bahwa dengan mengbungkan kekuatan alam maka energy positinf yang ada pada dirinya akan keluar dengan sendirinya. Santiago dihadapkan pada sebuah tuntutan perompak yang sangat besar, Santiago dimintakan untuk mampu merubah tubuhnya menjadi angin. Namun dia tidak mampu memenuhi keinginan para perompak tersebut.

Kembali dia mengingat perkataan kakek tua, bahwa seluruh kemampuan yang dimiliknya akan bisa di keluarkan bila kita mampu mengendalikan diri. Santiago berdiam beberapa saat dibukitl, lalu berdiri tegak dan melebarkan tangan. Seluruh perompak ini sungguh terkejut beberapa Santiago hilang dan tubuhnya merubah menjadi angin. Seusai dengan permintaan para perompak ini, Santiago dilepaskan dan diperkanankan kembali melanjutkan perjalanan. Harta karun yang hendak diimpikan dia salama ini ternyata berhasil dia dapatkan bersama dengan kekasih hatinya Fatima. 

Novel ini memang layak dimasukan dalam genre novel spiritual tentang realisasi sebuah impian. Paulo Coelho berhasil dalam mengawinkan refleksi spiritual dengan sastra. Mengajak pembaca tidak hanya menikmati hiburan kisah saja, tetapi terlibat dalam narasi karena apa yang dibaca tak lain adalah cermin kehidupan. Kekuatan ini pula yang tampak dalam novelnya yang lain, ‘Veronika Memutuskan Mati’, ‘Di Tepi Sungai Piedra, Aku Duduk Tersedu’ dan ‘O Zahir.’ [Nuthihar]

0 komentar:

Post a Comment