Dalam percakapan sehari - hari tentu kita sering menemui kata interjeksi yang tidak lain adalah untuk mengungkapkan perasaan. baik untuk menyatakan kekaguman ataupun sedang marah. kali ini saya akan mencoba sedikit mengulas interjeksi yang terdapat dalambahasa Aceh. berbeda dengan bahasa indonesia, khususnya bahasa aceh, masing - masing memilik interjeksi tersendiri yang bisa kita bedakan. kata tersebut beragam, hasil studi pengamatan yang saya lakukan, saya berhasil mempeloreh beberapa diantaranya :
Aceh Barat
1. Panték Makkah
(pep*k mamakmu)
2. ka Ök asé
(ngent*ot anjing sana)
3. yah kah
(ayah mu)
Aceh Besar
1. Öek mè
(ngent*ot mamak mu)
2. Jak Ök assé
(ngent*ot anjing sana)
3. yah kah
(ayah mu)
Pidie
1. pap ma
(jak pap ma ka)
2. ka pap as
ngent*ot anjing sana
3. kú kah
(ayah mu)
Data diatas memperjelas tentang perbedaan penggunaan masing - masing interjeksi dalam bahasa aceh. khususnya daerah Aceh Barat dengan Aceh Besar tidaklah banyak perubahan, diantaranya kata “mak” dengan mè. untuk daerah pidie kata Öek tidak digunakan melainkan mereka menggantikannya dengan kata pap (yang berarti ngentot).
penyebab adanya keanekaragaman tersebut hingga saat ini tidak diketahui dan belum ada yang menelitinya, namun menurut gagasan saya sendiri pengaruh itu semua karena perubahan bahasa dari bahasa asing ke bahasa lokal atau dalam kajian semantik disebutkan “faktor geografis, dan satu lagi “faktor history” penduduk setempat.
jika kembali pada sejarah, pendudk Aceh Barat dahulunya kebanyakan dijajah oleh bangsa jepang namun disana tidaklah begitu lama dijajah, karena penduduk setempat berhasil memukul mundur bangsa penjajah dengan cepat. sedangkan penduduk yang bertempat tinggal di aceh besar, ini berpengaruh karena terjemahan bahasa pedagang Arab / cina kedalam bahasa aceh. berbeda halnya dengan pidie, disini banyak terdapat kerajaan - kerajaan disana. otomatis para penjajah lama menetap disana, dan unsur bahasa asing sangat kental disana. “perlu diingat”, ini adalah opini saya dan tidak bisa saya buktikan dengan data yang konkrit.
keanekaragaman bahasa aceh memiliki hikmah sendiri, ketika mereka saling bertutur sapa dan menggunakan interjeksi tersebut maka dia tidak perlu menanyakan alamatnya dia langsung bisa menebaknya dengan mendengar ujaran si pembicara tadi. luar biasa bukan dan patut dilestarikan oleh kita semua.
0 komentar:
Post a Comment