Random Post
to show post by tag/label, fill tagName like this: ex:label blogger ---> tagName:"blogger" to show recent post change RandompostActive value to false like this : RandompostActive:false
Friday, 7 February 2014

00:34
Oleh Rahmad Nuthihar
Hadih Maja menjadi narit maja, sebab hadih berasal dari kata hadis yakni suatu ucapan para Nabi saja, bukan ucapan manusia biasa. Kata hadih maja itu sebenarnya ciptaan Dr.C.Snouck Hurgronje dalam bukunya De Atjehers (Hasjim X : 1977). Selain itu, Harun membagi beberapa konsep pemikiran dan watak orang Aceh melalui perspektif hadih maja: konsep nilai filosofis orang Aceh; konsep nilai etis orang Aceh; dan konsep nilai estetis orang Aceh1.

Narit maja ini menyiratkan bahwa sebuah komunitas mestilah memiliki kaidah, hukum, konvensi, dan batasan-batasan tertentu. Hal ini sangat berguna dalam rangka membangun sebuah kehidupan yang harmonis. Narit maja ini juga digunakan untuk memberikan penekanan terhadap suatu peristiwa atau poblematika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Narit maja dianggap bisa dikatan eufemisme guna menggantikan ungkapan yangg dirasakan kasar seperti, aneuk donya jinoe tuha ji ngong geutanyoe (anak dunia sekarang, tua dia dengan kita). Hadih maja tersebut dikonotasikan seorang anak sekarang cerewet, suka membantah dan enggan menurut nasehat orang tua.

Meskipun masyarakat Aceh berpegang teguh pada tiga hal yakni; Alquran, hadis, dan narit maja/hadis manja (menurut Yusri Yusuf-red). Pada kenyataannya ucapan-ucapan nenek moyang yang tidak berhubungan dengan agama, tetapi ada kaitannya dengan kepercayaan rakyat yang perlu diambil ibaratnya untuk menjamin ketenteraman hidup atau untuk mencegah terjadinya bencana, seperti adat istiadat pada suatu upacara, aturan-aturan berpantang, ucapan-ucapan mengenai moral, dan Iain-kin  (Bakar, dkk. 1985:273). Di dalam perjalananya ada beberapa narit maja yang bertentangan dengan norma-norma agama, susila, dan adat masyarakat Aceh, sehingga Adnan Hanfiah mengganotasikan 52 narit maja.Sementara itu, Hasjmy (1995:539) menyebutkan bahwa hadih maja merupakan kata atau kalimat berhikmat, sedangkan menurut AH (1994:199), hadih maja adalah nasihat dan petuah nenek moyang yang mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan keagamaan. Karena itu, hadih maja dipandang sebagai produk sosial budaya etnis Aceh yang berhubungan dengan konsttuksipengetahuan budaya mereka

Di Aceh saat ini, pemakaian narit maja ini telah hilang dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebabnya, menurut hemat penulis dikarenakan karena pengaruh budaya luar yang dianggap cocok untuk mentamsilkan sesuatu padahal di dalam narit maja itu sendiri semuanya sudah ada. Selain itu, kurangnya publikasi dan rasa keingintahuan masyarakat Aceh untuk membaca narit maja ini menjadi akar dari hilangnya pemakaian narit maja. Ceudah-ceudah cicém laén, nyang leubèh candén cicém pala (Indah-indah burung yang lain, yang lebih indah ialah burung murai. Kiasan narit maja tersebut adalah: bagaimana cantiknya gadis-gadis kota, lebih cantik gadis desa, baik tentang tutur katanya maupun budi bahasanya, karena kebudayaan asli  sesuatu bangsa tercermin di desa-desa. (Hasjim 7 : 1977).
1. Harun , Mohd. 2007 Representasi Nilai Estetis Orang Aceh dalam Hadih Maja. Volume. 9, nomor: 2,  Halaman 1 (Jurnal Ilmiah): Universitas Syiah Kuala
2. Hasjim M.K. 1969. Himponan Hadih Maja. Banda Aceh: Dinas Pendidikan Dasar dan  Kebudayaan Aceh. Halaman X
.
Daftar Reverensi

Ali, Bachtiar. 1994. Relavansi Peiestarian Adat dan Budaya Aceh bagi Kepentingan Pengembangan Budaya Bangsa Indonesia Sepanjang masa. Dalam TA. Talsya (Ed), Adat dan Budaya Aceh Nada dan Warna (hlm.170-182). Banda Aceh: PPSM ke_2 LAKA dan LAKA Pusat
Bakar, Aboe, dkk. 1985. Kamus Aceh Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Hasyim M.K. 1969. Himponan Hadih Maja. Banda Aceh: Dinas Pendidikan Dasar dan  Kebudayaan Aceh.