Random Post
to show post by tag/label, fill tagName like this: ex:label blogger ---> tagName:"blogger" to show recent post change RandompostActive value to false like this : RandompostActive:false
Sunday 5 July 2015

12:24
Surat kabar lokal Serambi Indonesia edisi Rabu, 18 Februari 2015 memberitakan bahwa kamus bahasa Aceh langka dijual di pasaran dan stok yang tersedia di perpustakaan sangat terbatas. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah penutur bahasa Aceh yang begitu banyak dan tersebar di tiap kabu
paten di provinsi paling barat pulau Sumatera. Sementara itu, menurut Azwardi (2012:7) jumlah penutur bahasa Aceh mengalahkan jumlah penutur bahasa-bahasa lain di provinsi Aceh, seperti bahasa Alas, bahasa Gayo, bahasa Tamiang, bahasa Jamèe, bahasa Devayan, bahasa Sigulai, bahasa Kluet, bahasa Singkil, dan bahasa Haloban. Bahkan, di beberapa kabupaten dengan jumlah penduduk yang relatif cukup banyak, seperti Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, Pidie, dan Aceh Besar, bahasa Aceh menjadi bahasa utama penduduk.

Kenyataan sulitnya menemukan kamus bahasa Aceh dalam bentuk cetak (hard copy) bukanlah hal yang mengejutkan pada era globalisasi ini. Masyarakat yang hidup di era serba digital, khusunya saat ini, menginginkan adanya inovasi terbaru berupa pengganti kamus bahasa Aceh versi digital. Sebagai contoh, pengajar bahasa Indonesia tidak perlu lagi membawa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan ketebalan 1.200 halaman (KBBI edisi keempat), melainkan cukup memasang (meng-install) progam KBBI pada komputer jinjing (laptop/netbook). Selain itu, KBBI luar jaringan (luring) atau dalam jaringan (daring) juga memudahkan para pengajar tersebut ‘memasukan’ kamus ke dalam saku. Dengan perkaataan lain, KBBI dapat juga di-install pada ponsel pintar (smartphone) yang diunduh pada Play Store para pengguna Android ataupun App Store untuk pengguna iOS.

Berkaitan dengan hal tersebut, sudah saatnya lembaga balai bahasa bekerja sama dengan, institusi penyelenggara Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, peneliti bahasa, akademisi, dan pakar teknologi informasi guna menciptakan kamus bahasa Aceh luar jaringan (luring) berbasis. Kerja sama dari dua disiplin ilmu yakni antara ahli bahasa dan ahli IT ke depannya akan membawa perubahaan yang cukup bagus terutama dalam rangka mengimplementasikan Permen RI No 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia.
Kamus bahasa Aceh luring khususnya berbasis Android ini, diharapkan dikombinasikan dengan fitur bagaimana lafal pengucapan kosakata bahasa Aceh. Penulis juga menyarankan lafal kosakata bahasa Aceh yang akan digunakan nantinya haruslah menggunakan dialek yang dominan, bukan terbatas pada dialek daerah tertentu. Teknologi seperti sudah diterapkan pada kamus elektronik (translator) bahasa Indonesia – Inggris atau bahasa Inggris – Indonesia seperti terdapat pada produk Alfalink.

Selain daripada itu, hasil pencarian penulis pada mesin pencarian Google menemukan sebuah laman http://www.kamusdaerah.com yang menyediakan transliterasi dari beragam bahasa daerah ke bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah A ke bahasa daerah B. Termasuk di laman tersebut terdapat menu pengalihaksaraan Aceh - Indonesia. Namun, salah satu kekurangan dari laman tersebut adalah tidak dapat digunakan pada saat luar jaringan (offline). Adanya situs ini, menurut penulis sangat membantu pembelajar bahasa Aceh terutama wisatawan asing untuk belajar bahasa Aceh saat berkunjung ke provinsi Aceh. Oleh karena itu, dengan adanya kamus bahasa Aceh berbasis Android tersebut dapat memudahkan baik itu penutur, pengajar, ataupun pembelajar bahasa Aceh, maupun penutur bahasa Aceh menghindari kesalahaan penggunaan bahasa Aceh.

Penciptaan kamus bahasa Aceh luring berbasis Android merupakan produk yang pontensial untuk mendapatkan rupiah. Apabila pihak-pihak yang penulis uraikan sebelumnya tidak dapat melakukannya, personal yang memiliki keahlian dapat menafaatkan peluang ini untuk menciptakan kamus tersebut. Dapat dipastikan ribuan pengguna Android akan mengunduhnya walaupun aplikasi ini berbayar. Oleh karena itu, mari sikapi peluang ini dengan bijak, terutama Banda Aceh pada 1 April lalu sudah meluncurkan progam destinasi wisata islami dunia sehingga dipastikan ribuan pelancong akan mengunjungi Aceh. Penciptaan kamus bahasa Aceh luring berbasis Android urgen dilakukan untuk melestarikan dan melindungi bahasa Aceh serta mengantisipasi kepunahan bahasa Aceh. Dengan hal adanya hal tersebut, dapat dipastikan pengguna bahasa Aceh tak lagi bak nahkoda tak berkompas sebagaimana yang dirilis Serambi Indonesia pada 18 Februari 2015.

Artikel ini dimuat di koran harian Serambi Indonesia, edisi 5 Juli 2015.

0 komentar:

Post a Comment