Sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, saya merasa hakikat pembelajaran bahasa Indonesia implementasinya hampir dikatakan tidak ada. Di antaranya masih banyak terdapat kesalahan yang termpampang di media publik. Lalu saya bandingkan dengan bahasa pemograman baik itu java script, pascal, joombla,dll. Bahasa script tersebut jelas terlihat kebenerannya melalui pemanggilan lewat Html. Dan secara tidak langsung saya menarik kesimpulan dibandikan bahasa Indonesia, Script cenderung lebih penting.
Jika kesalahan itu berupa bahasa lisan kita cenderung bisa memakluminya, akan tetapi kesalahan ragam bahasa tulis ini sungguh berdampak buruk bagi orang lain. Bisa kita banyangkan jika anak-anak Sekolah Dasar yang membaca rambu lalulintas bertuliskan ‘Didepan ada razia ranmor’. Maka otomatis dalam penerapan bahasa Indonesia murid tersebut pada pada kata didepan akan dituliskannya serangkai. Padahal, penulisan didepan tersebut ditulis terpisa
h di depan. Mengingat kata depan merupakan kata penunjjuk arah dan imbuhan di- tidak ditulis serangkai.
Kembali lagi pada script. Untuk yang satu ini tidak ada toleransi. Ketika kita salah menulis kata semisalnya <head> kita tulis <head< maka struktur pogram yang hendak kita bangun tidak akan berjalan sebagaimana mana mestinya dan terjadilah eror. Sungguh bedakan dengan bahasa Indonesia?
Pelanggaran terhadap kaidah bahasa Indonesia dianggap adalah hal yang lumrah dengan kata lain khilaf. Banyak pelaku penyimpangan bahasa beralasankan karena khilaf dan tidak mengakui bahwa dirinya itu tidak tahu akan kaidah yang sebenarnya. Sikap sok tahu terhadap pada bahasa Indonesia telah menjadikan masyarakat Indonesia khususnya, bersikap apatis terhadap pemebelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Sehingga membuat mereka arogan untuk belajar bahasa Indonesia lebih lanjut. Pemebelajaran yang didapatkan sejak bangku Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi telah membuat mereka bosan dan enggan untuk belajar lagi. Mengingat tanpa belajar sekali pun kita tetap bisa berbahasa Indonesia.
Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa, “Keberadaan Bahasa Script Jauh Lebih Berarti Ketimbang Belajar Bahasa Indonesia yang Implementasinya Bisa Dilanggar.”
0 komentar:
Post a Comment