Keberhasilan bukan keberhasilan kita, itu semua karena kehendak tuhan dan kita tidak boleh lari dari itu, karena orang kaya itu belum tentu senang dan orang senang belum tentu kaya, karena senang itu ada dalam hati.
Menjadi pegawai negeri di perusahaan keuangan saat itu adalah pilihan yang paling aman, apalagi kondisi Aceh sedang bergejolak. Namun hal ini tidak berlaku padanya, kehidupan yang monoton dan tidak bewarna membuat
Teuku Abi Devi memilih meninggalkan pekerjaan yang cukup mampuni pada tahun 1996 dan memilih berjuang meniti karir sendiri.
“Saya berpikir begini, mulai dari sekolah SD hingga tamat SMA saya selalu harus bangun pagi untuk berangkat sekolah, setelah saya selesai sekolah saya harus demikian lagi sampai mati. Dan tidak mungkin bagi saya, saya pikir hidup ini warnannya harus kita ciptkan sendiri, artinya dengan hal-hal terdahulu tanpa kita bersusaha merubah lebih baik maka hidup ini tidak bewarna dan sia-sia,” kata Abi
Abi meninggalkan pegawai negeri tersebut tanpa permisi, Ia keluar tanpa sebuah surat permunduran diri serta melapor pada atasan. Dengan tekad yang kuat disertai niat yang tulus, kemudian Abi Hijjrah dari kota juang (Bireun) menuju ke tanah kelahiran Teuku Umar (Meulaboh).
“Allah maha kaya dan telah menciptakan saya lengkap di dunia ini dengan segala hak dan kewajiban, yang penting kita harus berani meraih, gagal sudah pasti, tapi berhasil belum tentu, tapi diantara gagal itu ada kita tinggal kita bagaimana memotivasi diri,” katanya
Perjalanan Abi dalam berbisnis sudah didapatkannya sejak merantau ke negara tetanggga yaitu Malaysia, namun karena pendatang ilegal, berulang kali harus kembali lagi ke tanah rencong dan membuat Ia merintis karir di negeri sendiri.
Di Meulaboh Abi bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan. Saat itu Abi bekerja dengan pengusaha yang juga masih ada hubungan darah dengannya di perkebunan di PTPN 1 Lami. Abi memilih bekerja di lapangan dan saudaranya itu di bagian manajemen. Di saat dirinya meniti karier Ia berjanji dengan pimpinan Ir H Said Isa yang kini menjabat ketua Kadin Aceh Barat, Ia akan ke Meulaboh dan memiliki target selama lima tahun, jika proyek tersebut gagal maka Ia akan memulai lagi dari nol. Namun di Tahun 1996-1999 bisnis yang Ia jalankan itu tidak sampai lima tahun dan mulai bekembang.
“Saya mengambil kontrak pengendalian lahan kering (lankering) dan berkeyakinan akan mampu menyelesaikannya. Dengan kemampuan yang tidak maksimal, namun saya punya keinginan yang kuat seraya yakin mampu mengerjakannya. Target yang diberi PTPN 1 saat itu judul kerja 1 tahun 2 bulan, alhamdulillah bisa saya selesaikan dalam tempo waktu 10 bulan,” papar Abi.
Hal tersebut Ia lakukan guna meningkatkan karir pimpinannya, bagi Abi Ia tidak pernah menghitung keuntungan pimpinan, namun di sisi lain, Ia melihat jika pimpinannya berhasil maka Ia akan dibutuhkan serta bergerak sama denganya.
“Bisnis itu bertantung pada individu dan kemampuannya, dalam berbisnis hal yang terpenting kita harus memiliki tiga hal yaitu ; Kejujuran, keihklasan dan sedikit pintar, karena setiap orang memulai bisnis bergantung pada seseorang yang dahulunya lebih baik, atau terkadang bekerja pada pengusaha pada pabrikan orang lain,” kata Abi
Dengan ilmu yang di dapatkan selama bekerja di PTPN 1, di tahunn 1999, Abi berjabat tangan dengan pimpinan dan meminta izin untuk meninti karir sendiri. Meskipun telah berhenti bekerja dengan pimpinannya Abi tetap mengangap pimpinannya itu adalah guru saya serta menjaga tali silahturrahmi agar tetap terjalin.
“Kemudian saya memulai usaha di bidang pedagangan TBS (Perdagangan buah sawit segar). Dan saya Saya membeli TBS di daerah Ujung Lammi, Alue Bilie hingga Blang Pidie, dengan trik bisnis yang ada, dan bulan pertama saya hanya mendapat 3 truck 1 bulan dan jumlah tersebut naik drastis pada bulan ketiga dan kadang mencapi 30-100 ton perhari,” kata Abi.
Trik bisnis yang Ia jalankan pun terbilang beberda dengan para agen lainnya, Abi cenderung membeli TBS dengan harga yang mahal dibandingkan dengan para Agen lainnya, serta Ia berterus terang kepada petani tentang kisaran harga TBS itu yang akan dijualnya dan keuntungan yang diambilnya hanya kisaran Rp 10 per kilogramnya.
“Saya mengambil keuntungan berkisar antara Rp 5 – Rp 10 / kg dan kebanyakan agen marah, karena para agen lainnya tidak bisa bekerja lagi. Kemudian saya katakan bisnis yang mereka jalankan itu salah meskipun mendapat keuntungan yagn besar tetapi tidak bertahan lama. Kalau bukan kita yang pintarkan petani maka akan ada orang luar yang menpintarkan mereka dan menjual ke luar daerah, dan para agen lokla tidak memiliki TBS untuk dijual kembali,” ungkap Abi.
Modal yang dimiliki Abi pun terbilang sedikit, waktu itu Abi hanya memiliki modal untuk membeli TBS sebanyak lima truck dengan kapasitas TBS 45 ton. Hal itu juga sejalan dengan keuntungan yang didapatkan Abi pada bulan pertama. Abi mampu meraub omzet dengan penjualan TBS sebanyak 8-9 ton dengan dan keutungan yang dia peroleh Rp 10/kg dengan total keuntungan Rp 270 ribu.
“Hal itu tidak menyurutkan niat saya, karena saya yakin saya harus memulai daripada gagal atau tidak sama sekali, Allah tidak akan mau melihat kita terlalu lama bersusah karena kita memberi manfaat kepada orang lain dan ini buktinya.”
Seiring berjalannya waktu Abi sedikit barmanuver untuk membantu keuntungannya, Abi berusaha mensuplai sebanyak-banyaknya TBS kepada pemilik PTPN. Pada tahun ketiga bisnis yang Ia jalankan tersebut mampu meraub omzet sebesar Rp 70 – 90 juta per bulan.
Saat ditanyai selain di penjualan TBS apakah Abi memiliki bisnis lainnya, Abi pun menjawab “Saya setiap memulai sesuatu itu selalu fokus saya tidak pernah berbisnis baji loncat artinya lari ke bisnis lain, dari mulai saya menebang hutang untuk menanam kebun sawit, saya tidak pernah lari dari sektor perkebunan tersebut.”
Pada tahun 2004 tsunami meluluhlantakan negeri rencong dan Abi diberikan cobaan oleh Allah, rumah tempat berkumpulnya seluruh keluarga pun hancur diterjang ombak dahsyat itu. Kemudian Abi kembali berhijjrah ke Biruen guna menenangkan diri.
“Alhamdullilah keluarga seluruh keluarga selamat. Namun bisnis saya tersebut sempat vakum selama setahun, namun setahun kemudian saya memulai lagi atas dorongan kawan-kawan. Mereka yang punya TBS meminta saya membeli kembali lagi karena kehilangan figur saya. Selanjutnya saya membangun kebun sendiri pada tahun 2009 dan kembali dipercayakan PTPN 1 seraya mereka berikan kebun yang lain untuk saya kelola. Intinya mereka tidak mau melepaskan saya,” kata Abi.
Meskipun merangkap karir di bindang kontraktor, Abi Devi mengaku pekerjaan utamanya tetap mengandalkan di sektor perkebunan dan penjualan TBS, baginya pekerjaan kontraktor adalah menambah pertemanan dan jaringan serta tidak menapik guna menambah penghasilan.
Kini Abi telah memiliki kebun sawit seluas 150ha dengan mempekerjakan karyawan sebanyak 30 orang baik di sektor perkebunan maupun bisnis lainnya. Mengenai pendapatan Abi pun mendeskripsikan setiap bulan Ia membayar gaji karyawannya diatas UMR dengan skla rupiah terendah Rp 3 juta per bulan.
0 komentar:
Post a Comment