Mengenal di- Kata Depan dan di- Awalan
Rahmad Nuthihar, Mahasiswa Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia
Saya sering merasa
kesal di dalam hati ketika membaca koran yang tidak tepat menuliskan di- kata
depan (preposisi) dan di- awalan. Akibatnya beberapa artikel yang awalnya sarat
akan ilmu pengetauan dan informasi saya tinggalkan begitu saja. Tak terkecuali
di dalam rubrik bahasa yang disajikan Serambi
Indonesia kerjasama dengan Balai Bahasa juga tak luput dari kesalahan.
Misalnya artikel edisi Minggu, 1 Juni 2014 dengan judul; Bahasa Indonesia
Ditengah Bahasa Alay. Penulisan ditengah
seharusnya tidak dituliskan serangkai mengingat kata tengah merupakan kelas kata nomina yang berarti tempat (arah) di
antara dua tepi (KBBI). Penulisan di- sebagai awalan hanyalah untuk kelas kata
verba. Sebagai pembuktian, penulisan di- yang serangkai juga bisa dibuktikan
dengan penempatan pasanganya prefiks (imbuhan) me-. Lalu adakah kata
mengetengah? Kecuali mengetengahkan yang mengalami proses morfofonemik konfiks (meN-kan).
Badudu dalam Inilah Bahasa Indonesia yang Benar mengungkapkan
ada dua cara untuk membedakan penulisan di- awalan. Pertama
penulisan di- awalan hanya dituliskan serangkai untuk kelas kata kerja (verba).
Selain itu, di- yang dituliskan serangkai adalah kata yang berakhiran -kan, dan
-i maupun tanpa akhiran keduanya. Sebagai contoh; dilempar, dilempari atau
dilemparkan. Cara kedua, penulisan
di- awalan selalu mempunyai lawan kata dengan awalan me-. Kata dilempar pada
contoh di atas bisa dituliskan melempar. Ketika kita ragu untuk menuliskannya
serangkai, maka cobalah untuk membuat lawan kata dengan imbuhan me-.
Membedakan
penulisan di- kata depan sebenarnya tidak sulit. Semua kata depan di- ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya karena di jenis ini mempunyai kedudukan sebagai kata di
mana fungsinya untuk menyatakan 'tempat'. Pertama
semua kata yang menjadi jawab pertanyaan di
mana pastilah kata yang mengandung kata depan di-, karena itu harus
dituliskan terpisah (Badudu, 1998:100). Berikut contohnya: di mana dia? Jawab:
di kantor. Kedua sama halnya dengan
penulisan di- awalan yang mempunyai pasangannya berupa imbuhan me-, penulisan
di- kata depan bisa ditandai dengan memasangkan kata tersebut dengan imbuhan
ke-. Misalnya kata di bawah memiliki
pasangannya ke bawah.
Dalam artikel
Muhadzier M. Salda yang dimuat di Serambi
Indonesia, 8 Juni 2014 berjudul; Etika Berbahasa di Media Sosial terdapat
beberapa kesalahan penulisan di kata depan. Dan koreksi yang akan saya berikan
bukanlah bermaksud mendiskreditkan Muhadzier. Perhatikan kata berikut yang saya
kutip dari artikel M. Salda! Ada tiga kesalahan penulisan di kata depan yakni; difacebook, diatas, dibawah. Penulisan
ketiga kata tersebut harusnya terpisah dan tidak ditulis serangkai mengingat
kata facebook merupakan tempat
(dunia) maya dan bukanlah kelas kata verba. Sehingga salah bila dituliskan
serangkai. Pembuktiannya, jika difacebook
serangkai apakah berterima dengan pasangannya mefacebook? Begitu juga dengan kata diatas dan dibawah di
mana seharusnya tidak dituliskan serangkai.
Kata dasar atas merupakan kelas kata nomina yang
berarti bagian (tempat) yangg lebih tinggi (KBBI). Penulisan kata diatas seharusnya tidak serangkai dan
dituliskan menjadi di atas. Kata ‘di atas’ juga memiliki pasangan ‘ke atas’ sehingga
masuk dalam kategori penulisan di- kata depan. Untuk kata dibawah, berlaku aturan yang sama dengan penulisan diatas yang penulisannya tidak tepat
seharusnya ditulis di bawah.
Ada beberapa kata
dasar yang merupakan di- kata depan yang mana dituliskan tidak serangkai.
Adapun contohnya; sana, sini, situ,
tengah, samping, bawah, depan, belakang, atas, mana, kiri, kanan, dan
lain-lainnya.
Selain penulisan
di- kata depan dan di- awalan, kesalahan yang sering didapatkan di dalam
penulisan adalah ketidaktepatan penulisan kata ke-. Prefiks ke- hanyalah melekat untuk kelas kata bilangan
(numeralia) dan beberapa kata dasar yang mendapat pengeculiannya di antaranya;
kepada, ketua, kemari. Terakhir berbicara tentang kesalahan berbahasa Indonesia,
penulisan partikel -pun sudah sudah dianggap penulisannya serangkai. Padahal
yang merupakan klitika yaitu unsur yang melekat pada unsur yang lain, dengan perkataan
lain pun yang melekat pada kata yan mendahuluinya sebagai klitika. Kata-kata
itu ialah; adapun, andaipun, ataupun, maupun, bagaimanapun, betapapun,
kalaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, sungguhpun, walaupun (Badudu, 1996:102).
Namun kata andaipun menurut KBBI
edisi terbaru tidak lagi masuk dalam kategori klitika dan dituliskan terpisah.
Dan Muhadzier melakukan kesalahan penulisan pada kata jikapun seharusnya ditulis jika pun.
Telah dimuat di Serambi Indonesia, 12 Oktober 2014.
0 komentar:
Post a Comment