Random Post
to show post by tag/label, fill tagName like this: ex:label blogger ---> tagName:"blogger" to show recent post change RandompostActive value to false like this : RandompostActive:false
Sunday 18 September 2016

10:51

Partisipasi Masyarakat dalam Pembakuan Bahasa Indonesia


Rahmad Nuthihar,  mahasiswa  MPBSI PPs Unsyiah

Membaca Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, ada ihwal bahasa yang menarik untuk diulas pada rubrik bahasa ini, yakni penamaan penyakit. Proses penyerapan istilah kedokteran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dominan mengalami perubahan fonologi bukan semantik. Oleh karena itu, pembaca KBBI tidak asing lagi dengan singkatan Dok. yang berarti istilah yang digunakan dalam kedokteran.
Hasil bacaan peraturan menteri tersebut yang halamannya berjumlah 517, saya tertarik mengulas tiga judul penyakit yang telah dibakukan dalam KBBI dan kosakata tersebut familier digunakan. Ditinjau dari segi penyerapan bahasa asing ke bahasa Indonesia, ada empat cara yang lazim ditempuh dalam proses penyerapannya, yaitu adopsi, adaptasi, penerjemahan, dan kreasi (Yustimah dan Ishak, 2008:56). Berkaitan dengan perubahan bunyi, proses penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat terjadi, baik karena aferesis ‘penanggalan huruf awal atau suku awal kata’, apokope ‘hilangnya satu bunyi atau lebih pada akhir sebuah kata’, sinkope ‘hilangnya bunyi atau huruf di tengah kata’, merger ‘penggabungan’, metatesis ‘pergantian tempat bunyi dalam sebuah kata’, maupun paragog ‘penambahan huruf atau bunyi pada akhir sebuah kata’, (dihimpun dari KBBI).
Selain dari keenam hal tersebut, ada tiga hal lainnya berkaitan dengan perubahan fonologi, yakni; epentesis ‘penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata’, protesis ‘penambahan vokal atau konsonan pada awal kata, untuk memudahkan lafal’, epentesis ‘penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata’, perubahan artikulator, dan konvergensi fonemis/merger ‘perubahan bunyi yang mengakibatkan dinetralisasikannya dua fonem’ (Kridalaksana, 2008:136). Perubahan fonologis tersebut tentulah tidak akan membedakan makna asal dengan makna yang diserap dalam bahasa Indonesia serta perubahan tersebut hanyalah mengacu pada perubahan bunyi. Tak jarang ditemukan istilah kedokteran yang mana misalnya dari bahasa latin diadopsi ke dalam bahasa Indonesia tidak ada perubahan sama sekali, baik dari segi makna maupun kosakata.
Data (1) influenza, dalam KBBI (2008:553) bermakna radang selaput lendir pada rongga hidung yang menyebabkan demam; selesma. Kata influenza mengalami proses adopsi ke dalam bahasa Indonesia sehingga kosakata tersebut tidak terdapat perubahan fonologi. Akan tetapi, perubahan kata influenza menjadi influensa (2008:553) mengalami proses perubahan fonologi berupa penyesuaian artikulator sehingga konsonan /z/ menjadi /c/ dan kata influensa merupakan kosakata nonbaku.
Data (2) tuberkulosis, dalam KBBI (2008:1551) bermakna penyakit spesifik yang disebabkan oleh basil tuberkulosis yang menyerang paru-paru (batuk kering, batuk darah). Kata tuberkulosis berasal dari kata tuberculosis. Perubahan fonologi pada kata tersebut hanyalah perubahan  artikulator di mana konsonan /c/ menjadi /k/.
Data (3) pertusis, dalam KBBI (2008:1062) bermakna penyakit batuk yang keras dan menular (terutama menyerang anak-anak yang berumur 2-6 tahun); batuk rejan. Kata pertusis berasal dari kata pertussis dalam penyerapan ke dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan fonologis sinkope berupa penghilangan bunyi atau huruf di tengah kata [pertussis] pada konsonan /s/ sehingga menjadi [pertusis].
Selain ketiga data tersebut, masih banyak peristilahan kedokteran yang diserap ke dalam KBBI yang tidak memungkinkan saya uraikan dalam tulisan ini. Berkaitan dengan itu, dalam Diseminasi Program Pengayaan Kosa Kata di Banda Aceh, 30 Maret 2016, Badan Pengembangan dan pembinaan Bahasa mencoba mengajak partisipasi dari masyarakat agar terlibat aktif dalam penyusunan KBBI terbaru edisi kelima. Hal itu disebabkan ada sebuah wacana bahasa Indonesia akan digunakan oleh masyarakat ASEAN. Akan tetapi, salah satu kendala bahasa Indonesia diinternasionalkan adalah kurangnya kosakata dalam KBBI. Sejatinya, KBBI edisi keempat hanya memuat lebih dari 90.000 kosakata. Untuk itu, marilah kita mengusulkan kosakata, baik bahasa daerah, maupun kosakata berkenaan dengan disiplin ilmu untuk dibakukan. Caranya pun cukup mudah, silakan mengakses situs www.kbbi.kemdikbud.go.id dan di sana telah terdapat beberapa fitur untuk mengusulkan kosakata baru. Semoga dengan partisipasi kita semua, harapan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dapat menjadi kenyataan. [Tulisan ini Pertama Kali Dimuat di Media Serambi Indonesia]
 

0 komentar:

Post a Comment