Partisipasi
Masyarakat dalam Pembakuan Bahasa Indonesia
Rahmad Nuthihar, mahasiswa
MPBSI PPs Unsyiah
Membaca Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer, ada ihwal bahasa yang menarik untuk diulas pada
rubrik bahasa ini, yakni penamaan penyakit. Proses penyerapan istilah
kedokteran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dominan mengalami
perubahan fonologi bukan semantik. Oleh karena itu, pembaca KBBI tidak asing lagi
dengan singkatan Dok. yang berarti
istilah yang digunakan dalam kedokteran.
Hasil bacaan peraturan menteri tersebut yang
halamannya berjumlah 517, saya tertarik mengulas tiga judul penyakit yang telah
dibakukan dalam KBBI dan kosakata tersebut familier digunakan. Ditinjau dari
segi penyerapan bahasa asing ke bahasa Indonesia, ada empat cara yang lazim ditempuh
dalam proses penyerapannya, yaitu adopsi, adaptasi, penerjemahan, dan kreasi
(Yustimah dan Ishak, 2008:56). Berkaitan dengan perubahan bunyi, proses
penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat terjadi, baik karena
aferesis ‘penanggalan huruf awal atau suku awal kata’, apokope ‘hilangnya satu
bunyi atau lebih pada akhir sebuah kata’, sinkope ‘hilangnya bunyi atau huruf
di tengah kata’, merger ‘penggabungan’, metatesis ‘pergantian tempat bunyi
dalam sebuah kata’, maupun paragog ‘penambahan huruf atau bunyi pada akhir
sebuah kata’, (dihimpun dari KBBI).
Selain
dari keenam hal tersebut, ada tiga hal lainnya berkaitan dengan perubahan
fonologi, yakni; epentesis ‘penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata’, protesis
‘penambahan vokal atau konsonan pada awal kata, untuk memudahkan lafal’, epentesis
‘penyisipan bunyi atau huruf ke dalam kata’, perubahan artikulator, dan
konvergensi fonemis/merger ‘perubahan bunyi yang mengakibatkan
dinetralisasikannya dua fonem’ (Kridalaksana, 2008:136). Perubahan fonologis
tersebut tentulah tidak akan membedakan makna asal dengan makna yang diserap
dalam bahasa Indonesia serta perubahan tersebut hanyalah mengacu pada perubahan
bunyi. Tak jarang ditemukan istilah kedokteran yang mana misalnya dari bahasa
latin diadopsi ke dalam bahasa Indonesia tidak ada perubahan sama sekali, baik
dari segi makna maupun kosakata.
Data
(1) influenza, dalam KBBI (2008:553) bermakna radang selaput lendir pada rongga
hidung yang menyebabkan demam; selesma. Kata influenza mengalami proses
adopsi ke dalam bahasa Indonesia sehingga kosakata tersebut tidak terdapat
perubahan fonologi. Akan tetapi, perubahan kata influenza menjadi influensa
(2008:553) mengalami proses perubahan fonologi berupa penyesuaian artikulator
sehingga konsonan /z/ menjadi /c/ dan kata influensa merupakan kosakata
nonbaku.
Data (2) tuberkulosis, dalam KBBI (2008:1551)
bermakna penyakit spesifik yang disebabkan oleh basil tuberkulosis yang
menyerang paru-paru (batuk kering, batuk darah). Kata tuberkulosis berasal dari
kata tuberculosis. Perubahan
fonologi pada kata tersebut hanyalah perubahan
artikulator di mana konsonan /c/ menjadi /k/.
Data (3) pertusis, dalam KBBI (2008:1062) bermakna
penyakit batuk yang keras dan menular (terutama menyerang anak-anak yang berumur
2-6 tahun); batuk rejan. Kata pertusis berasal dari kata pertussis dalam penyerapan ke dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan
fonologis sinkope
berupa penghilangan bunyi atau huruf di tengah kata [pertussis] pada konsonan /s/ sehingga menjadi [pertusis].
Selain ketiga
data tersebut, masih banyak peristilahan kedokteran yang diserap ke dalam KBBI
yang tidak memungkinkan saya uraikan dalam tulisan ini. Berkaitan dengan itu, dalam
Diseminasi Program Pengayaan Kosa Kata di Banda Aceh, 30 Maret 2016, Badan
Pengembangan dan pembinaan Bahasa mencoba mengajak partisipasi dari masyarakat
agar terlibat aktif dalam penyusunan KBBI terbaru edisi kelima. Hal itu
disebabkan ada sebuah wacana bahasa Indonesia akan digunakan oleh masyarakat
ASEAN. Akan tetapi, salah satu kendala bahasa Indonesia diinternasionalkan
adalah kurangnya kosakata dalam KBBI. Sejatinya, KBBI edisi keempat hanya
memuat lebih dari 90.000 kosakata. Untuk itu, marilah kita mengusulkan
kosakata, baik bahasa daerah, maupun kosakata berkenaan dengan disiplin ilmu
untuk dibakukan. Caranya pun cukup mudah, silakan mengakses situs www.kbbi.kemdikbud.go.id dan di sana telah terdapat beberapa fitur untuk
mengusulkan kosakata baru. Semoga dengan partisipasi kita semua, harapan bahasa
Indonesia menjadi bahasa internasional dapat menjadi kenyataan. [Tulisan ini Pertama Kali Dimuat di Media Serambi Indonesia]
0 komentar:
Post a Comment